Kolombo (AFP) – Penyerang tak dikenal membakar jaringan televisi pro-oposisi utama di Maladewa pada Senin menjelang putusan pengadilan penting tentang apakah pemilihan presiden yang ditangguhkan harus dilanjutkan, kata para pejabat.
Setidaknya enam orang menyerbu kantor jaringan televisi Raajje dalam serangan sebelum fajar dan membakar peralatan setelah menyerang seorang penjaga yang tidak bersenjata.
“Semua peralatan siaran, peralatan transmisi, sistem komputer sepenuhnya terbakar dan hancur,” kata stasiun itu di Twitter-nya.
Kepolisian Maladewa, yang telah dituduh melakukan taktik tangan besi ketika berhadapan dengan pengunjuk rasa yang menuntut pemilihan dalam beberapa pekan terakhir, mengatakan mereka memperlakukan insiden itu sebagai serangan pembakaran.
“Informasi awal mengungkapkan bahwa kebakaran itu terjadi setelah menyerang penjaga ekspatriat di sana yang bertugas dengan benda tajam,” kata polisi dalam sebuah pernyataan di situs web mereka.
Maladewa telah didera oleh protes yang kadang-kadang disertai kekerasan sejak 23 September ketika Mahkamah Agung menangguhkan pemilihan putaran kedua di mana mantan presiden Mohamed Nasheed adalah kandidat terdepan.
Pengadilan menangguhkan pemungutan suara sementara mendengar petisi atas tuduhan kecurangan pemilu yang dibuat oleh kandidat yang kalah, pengusaha Qasim Ibrahim, yang menuntut agar hasilnya dibatalkan.
Putusan atas kasus ini diharapkan setelah pengadilan bersidang pada pukul 14.30 (5.30 waktu Singapura).
Partai Demokrat Maladewa pimpinan Nasheed mengutuk serangan pembakaran di televisi Raajje sebagai bermotif politik.
Juru bicara kepolisian Hassan Haneef mengatakan kepada AFP bahwa petugas, bersama dengan ahli forensik sudah berada di tempat kejadian dan penyelidikan sedang berlangsung.
Pengamat internasional mengatakan putaran pertama pemilihan presiden pada 7 September bebas dan adil.
Kekuatan regional India serta negara-negara Barat dan PBB telah mendesak kepulauan Samudra Hindia untuk melanjutkan putaran kedua.
Pemilihan putaran kedua akan berlangsung antara Nasheed, yang mengklaim dia digulingkan tahun lalu dalam kudeta, dan Abdulla Yameen, saudara tiri mantan otokrat Maumoon Abdul Gayoom yang memerintah selama tiga dekade hingga 2008.