KOTA KINABALU (THE STAR/ASIA NEWS NETWORK) – Keberadaan istri Sabahan dari salah satu teroris Asia Tenggara paling terkenal Riduan Isamuddin, yang dikenal dengan nom de guerre Hambali, tetap menjadi misteri setelah dibebaskan dari tahanan 16 tahun lalu.
Warga di Beluran, sebuah distrik sekitar 300 km dari ibukota negara bagian Sabah, Kota Kinabalu, mengatakan mereka belum melihat Noraliza Abdullah @ Lee Yin Len sejak pembebasannya, meskipun beberapa mengklaim dia kembali sebentar untuk mengunjungi ibunya Salmah Abdullah, yang meninggal beberapa tahun yang lalu.
Setelah penangkapan Hambali pada tahun 2003, Noraliza ditahan oleh polisi di bawah Undang-Undang Keamanan Internal selama dua tahun. Sumber-sumber intelijen regional mengatakan Noraliza kemungkinan berada di Indonesia bersama kerabat suaminya.
Juga hilang sejak penangkapan Hambali pada tahun 2003 adalah saudara perempuan Noraliza, Noral Fadilah @ Lee Ah Lin, yang menikah dengan pemimpin Jemaah Islamiyah (JI) lainnya, Abu Yusuf @ Dandang Surman. Noraliza pergi ke sekolah agama bernama Luqmanul Hakim di Ulu Tiram, Johor, setelah sekelompok guru agama Indonesia datang ke Beluran dan menawarkan untuk mensponsori studinya di sana. Sekolah itu ditutup oleh polisi Malaysia setelah ditemukan terlibat dengan operasi JI.
Hambali termasuk di antara tiga orang yang secara resmi didakwa di AS atas peran mereka dalam pemboman Bali 2002 dan serangan Jakarta 2003, Pentagon mengatakan pada hari Kamis (21 Januari). Dijuluki “Osama bin Laden Asia Tenggara” oleh Badan Intelijen Pusat AS, Hambali adalah pemimpin kelompok jihad Indonesia Jemaah Islamiyah dan diyakini telah menjadi perwakilan utama Al-Qaeda di wilayah tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan The Star setelah penangkapan putrinya pada tahun 2003, Salmah menggambarkan Hambali sebagai “menantu yang sempurna” dan terkejut mendengar keterlibatannya dalam kegiatan teror. Dia menikahi Noraliza setelah mereka bertemu di Johor.Salmah menggambarkan Hambali sebagai menantu yang sederhana, peduli dan religius yang menyukai ketam bakar (kepiting panggang) selama wawancara.
“Dia adalah pria keluarga yang sempurna. Dia tidak mampu melakukan kesalahan,” kata Salmah, menambahkan bahwa Hambali tidak pernah suka mereka menonton program hiburan di televisi, mengklaim bahwa acara semacam itu merusak pikiran.
Noraliza kembali dengan Hambali ke Beluran untuk “liburan” sementara Salmah melanjutkan untuk tinggal bersama mereka selama tiga tahun di rumah Banting mereka di Selangor pada 1990-an. Hambali secara luas diduga menggunakan kunjungan ke distrik keluarga istrinya yang dekat dengan Sandakan untuk melakukan perjalanan rahasia ke Filipina selatan dan Indonesia.