PETALING JAYA (THE STAR/ASIA NEWS NETWORK) – Ujian nasional di Malaysia, termasuk Sijil Pelajaran Malaysia (SPM, setara GCE O-level), Sijil Kemahiran Malaysia (SKM, sertifikat keterampilan kejuruan), Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM, setara GCE A-level), tidak akan ditangguhkan. Ujian pertama akan dimulai dari 22 Februari.
Direktur Jenderal Pendidikan Habibah Abdul Rahim mengatakan juga tidak akan ada penurunan standar ujian meskipun ada seruan untuk melakukannya karena siswa dibiarkan belajar dari rumah sepanjang sebagian besar tahun lalu, yang menyebabkan banyak yang kehilangan pemahaman penuh silabus.
“Tanggal dan standar ujian tetap sama,” katanya saat konferensi pers virtual tentang operasi di sekolah untuk tahun ini.
“Kementerian telah mengeluarkan jadwal ujian (tahun lalu) dan mereka masih tetap.”
Dia menambahkan bahwa ini bukan hanya tentang mengikuti ujian tetapi juga kesehatan dan keselamatan siswa. Oleh karena itu, kata dia, mereka akan mengikuti prosedur operasi standar ketat yang digunakan selama kertas SPM ulang yang diadakan Agustus lalu.
“SOP kami lebih ketat dan (semua) harus mematuhi,” tambahnya.
Datuk Dr Habibah juga mengatakan bahwa setiap perubahan pada format ujian, pengaturan semester, skema penilaian atau standar pertanyaan akan mempengaruhi akreditasi internasional ujian. Misalnya, setiap perubahan pada SPM akan membahayakan akreditasinya sebagai setara O-level, katanya. Dan perubahan akreditasi ini akan mempengaruhi peluang kandidat untuk diterima di lembaga pendidikan tinggi.
“Inilah sebabnya kami berusaha memastikan siswa kami siap (untuk mengikuti ujian),” katanya mengacu pada kandidat ujian yang harus kembali ke sekolah sejak Rabu untuk belajar mengajar secara tatap muka.
Dr Habibah juga mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan menayangkan program di televisi nasional sebagai bagian dari pembelajaran berbasis rumah, dengan rencana untuk menambah lebih banyak.
“Ada total sembilan jam konten sampai sekarang,” tambahnya.
Ketua Kelompok Aksi Orang Tua untuk Pendidikan Malaysia Noor Azimah Abdul Rahim mengatakan bahwa lebih baik melanjutkan ujian sesuai jadwal untuk menghindari kerusakan masa depan siswa.
“Jangan merampas siswa dari sertifikat SPM mereka bukan karena kesalahan mereka,” katanya kepada The Star. Dia juga mengatakan bahwa lebih baik mereka kembali ke sekolah untuk belajar mengajar tatap muka karena pembelajaran online terbukti tidak efektif.
“Mereka yang tidak memiliki konektivitas internet akan menjadi lebih buruk,” tambahnya.